Emas” Biru di Udara: Upaya Putus Asa Haber Mengambil Nitrogen Atmosfer
Pada awal abad ke-20, dunia menghadapi krisis pangan yang kian mendekat. Keterbatasan pupuk, terutama senyawa nitrogen alami, menjadi hambatan serius bagi produksi tanaman global. Di sinilah Fritz Haber muncul, dengan tekad putus asa untuk menjinakkan “emas” biru di udara: Nitrogen Atmosfer ($\text{N}_2$). Gas inert ini merupakan 78% dari udara yang kita hirup, tetapi alam kesulitan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diserap tanaman.
Kebutuhan akan pupuk nitrogen sintetis sangat mendesak. Pupuk alami seperti guano (kotoran burung) yang berasal dari Chili mulai menipis, memicu kekhawatiran akan kelaparan massal. Haber memahami bahwa kunci untuk mengatasi krisis ini terletak pada pemecahan ikatan rangkap tiga yang sangat stabil pada molekul Nitrogen Atmosfer. Ini adalah tantangan kimia yang dianggap mustahil oleh banyak ilmuwan terkemuka saat itu.
Fritz Haber, bersama rekan-rekannya, menghadapi tantangan berat dalam mencari katalis dan kondisi termodinamika yang tepat. Setelah bertahun-tahun melakukan eksperimen yang intensif, ia berhasil mengembangkan proses yang menggabungkan Nitrogen Atmosfer dengan hidrogen di bawah tekanan dan suhu tinggi. Reaksi ini menghasilkan amonia ($\text{NH}_3$), bahan dasar pupuk sintetis yang sangat dibutuhkan.
Penemuan proses Haber ini menandai revolusi pertanian global. Secara efektif, Haber menemukan cara untuk “membuat roti dari udara”. Dengan pupuk amonia sintetis, hasil panen melonjak drastis, menyelamatkan jutaan, bahkan miliaran, orang dari kelaparan. Penemuan ini membuat Fritz Haber dianugerahi Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1918.
Namun, kisah Nitrogen Atmosfer yang diubah menjadi amonia ini memiliki sisi gelap. Selain untuk pupuk, amonia juga merupakan prekursor vital dalam pembuatan asam nitrat, yang merupakan bahan baku untuk peledak dan amunisi. Kontribusi Haber memungkinkan Jerman memproduksi mesiu selama Perang Dunia I, mengubah sejarah militer dan memicu perdebatan etika yang rumit.
Sisi ironis dari kisah Haber adalah bagaimana penemuan ilmiahnya menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia adalah penyelamat umat manusia yang meningkatkan pasokan makanan dunia. Di sisi lain, ia adalah kontributor utama dalam industri persenjataan, termasuk pengembangan senjata kimia. Kompleksitas moral ini mengiringi warisan ilmiahnya.
Meskipun kontroversi etika terus membayangi, proses Haber-Bosch (kemudian disempurnakan oleh Carl Bosch) tetap menjadi salah satu penemuan kimia terpenting abad ke-20. Hingga hari ini, setengah dari populasi dunia bergantung pada pupuk yang dihasilkan dari penangkapan Nitrogen Atmosfer melalui proses tersebut. Proses ini adalah keajaiban rekayasa kimia.
Kesimpulannya, upaya putus asa Haber untuk menjinakkan “emas” biru dari Nitrogen Atmosfer menghasilkan solusi yang mengubah wajah peradaban. Penemuan amonia sintetis adalah warisan kompleks yang membawa kemakmuran pangan global, tetapi juga mengingatkan kita akan tanggung jawab etika yang tak terpisahkan dari setiap terobosan ilmiah yang fundamental
